Jumat, 25 Maret 2011

Wisata Budaya di Kampung Naga

Bosan dengan kehidupan kota metropolitan yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit? Anda bisa mengambil waktu liburan untuk mengunjungi Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda.

Seperti pemukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda di masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat.

Kampung yang memiliki luas 1,5 hektare ini masih sangat terlihat “hijau” dan sama sekali belum  dipengaruhi oleh modernisasi. Sekira 311 orang tinggal di desa ini. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Garut dengan Kota Tasikmalaya.

Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah di sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga.

Setibanya di kampung ini, Anda akan melihat ratusan pohon-pohon yang tumbuh tinggi, sawah hijau, dan Sungai Ciwulang panjang. Selain itu, Anda akan menghirup udara sejuk dan suara gemericik air sungai di kejauhan.

(okezone.com)

Tempat Wisata Lainnya
Read more »

Selasa, 22 Maret 2011

Elang Cerdik Hibur Pengunjung Ragunan

Sejumlah satwa berjalan bebas di sepanjang area Taman Margasatwa Ragunan. Lihatlah bagaimana barisan burung elang terbang dengan cantiknya dan beratraksi menghibur mata pengunjung.

Tahukah Anda bahwa burung elang merupakan satwa identitas kota Jakarta? Inilah salah satu tujuan Taman Margasatwa Ragunan melakukan kegiatan parade satwa. Taman margasatwa yang berlokasi di Jakarta Selatan ini ingin memberi edukasi sekaligus pendidikan konservasi satwa kepada para pengunjung.

Pertunjukkan yang tak kalah memukai pengunjung adalah atraksi elang.

"Show satwa elang yang ditampilkan lebih kepada penyajian suatu eksibisi satwa yang lebih alami dan menyenangkan bagi pengunjung," kata Mimi Utami, Kepala Seksi Kesejahtraan dan Peragaan Satwa Taman Margasatwa Ragunan.

Mimi menambahkan, acara sengaja menyajikan sesuatu yang beda.

"Acara atraksi satwa ini merupakan suatu eksibisi yang lebih alami dan komunikatif," ungkapnya.

Atraksi dikemas menghibur di mana seekor elang terbang bebas lalu mengambil umpan sepotong daging di atas kepala seorang pengunjung. Pengunjung terlihat sangat antusias melihat pertunjukan elang cerdik ini.

Tata, salah seorang pengunjung Taman Margasatwa Ragunan mengatakan, atraksi elang sangat menghibur dan menakjubkan.

"Atraksi show elang yang menghibur dan menakjubkan, karena kita bisa melihat elang terbang bebas," ujarnya.
Info Wisata Lainnya
Read more »

Surga Peselancar di Pantai Grajagan

 Selatan Banyuwangi memang terkenal dengan deretan pantai yang indah. Namun, salah satu pantai yang sangat dilirik peselancar dunia dalam lima tahun terakhir ini adalah Pantai Grajagan.

Terletak sekitar 52 km ke arah selatan dari Kota Banyuwangi. Posisi pantainya strategis menjadi pintu gerbang menuju ke Pantai Plengkung. Grajagan berada di kawasan seluas 314 hektar di hutan KPH Banyuwangi Selatan, terletak di desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

Pantainya luas diselimuti oleh pasir hitam, memiliki gua dan bukit yang sangat indah. Ketika Anda berada di sana maka akan melihat hamparan pantai dan bukit yang menjulang tinggi di tepi pantai.

Menikmati suasana pantai dengan deburan ombak laut lepas dari atas shelter dan 3 gua peninggalan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Anda juga dapat menyaksikan langsung aktifitas nelayan di pagi hari saat berangkat mencari ikan dan menurunkan ikan hasil tangkapannya. Belilah beberapa jenis ikan laut hasil tangkapan nelayan atau mengapa tidak memancingnya secara langsung.
Kunjungi Wisata Keren lainnya


Read more »

Jumat, 18 Maret 2011

Pasar Semawis

Pasar Semawis yang berada didaerah Pecinan Semarang awalnya adalah pasar malam yg diadakan beberapa hari menjelang perayaan Imlek tahun 2004. Penyelenggaraannya dimungkinkan karena pada saat itu Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 yang melarang perayaan kebudayaan Tionghoa. Pencabutan yang menandai era keterbukaan budaya ini disambut sangat antusias oleh warga Tionghoa di Semarang dan pasar malam yang tadinya hanya ada menjelang perayaan imlek berubah menjadi event yang lebih reguler dan permanen.

Apabila anda datang mengunjungi lokasi pasar menjelang perayaan imlek maka anda akan melihat daerah Pecinan ini akan dihiasi dengan berbagai macam ornamen-ornamen seperti lampion merah atau spanduk dimana-mana. Masyarakat sekitar akan mengadakan arak-arakan sebuah boneka ayam berukuran besar di beberapa gang.

Selain itu anda juga akan disuguhi dengan berbagai macam pertunjukan kesenian dan kebudayaan Cina seperti opera klasik, wayang potehi (wayang golek khas Tionghoa), barongsai, wushu, seni kaligrafi, konsultasi hingga pengobatan tradisional Cina. Acara tahunan ini diadakan oleh Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata) yang didukung oleh Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kota Semarang dan pihak-pihak lain yang ikut peduli dengan pelestarian kawasan Pecinan.

Diluar perayaan imlek Pasar Semawis dan sekitarnya tetap menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Berbeda dengan awal penyelenggaraannya dimana lokasi pasar malam dimulai dari Jalan Wotgandul Timur, Gang Warung, Gang Baru, Gang Belakang, Gang Tengah, Gang Gambiran dan Gang Besen, Pasar Semawis sekarang diadakan di Gang Warung dan hanya buka pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu malam mulai pukul 18.00-23.00. Pada saat itu akan akan menjumpai ratusan stand dibuka. Jenis makanannya pun tidak hanya terbatas pada kuliner khas Semarang tapi juga terdapat kuliner yang mewakili komunitas Arab, Pakistan dan India.
       
Pemerintah Kota Semarang nampaknya cukup serius dalam menata pusat lokasi wisata kuliner malam hari ini, bisa dilihat dari pemilihan pedagang yang bisa membuka stand di Pasar Semawis dan penataan tenda atau warung yang cukup rapi dan teratur. Seluruh tenda atau warung penjual makanan terletak di sisi sebelah kanan, deretan kursi dan meja makan diletakkan di sisi sebelah kiri dengan menyisakan jalanan pengunjung ditengah-tengah. Sebetulnya saya tiba di Pasar Semawis sudah lewat dari jam makan malam, tetapi masih menemui kesulitan menemui kursi kosong karena bisa dibilang semua kursi sudah terisi oleh penikmat kuliner Semarang.

Kalau anda cukup familiar dengan kuliner khas Semarang maka kerinduan anda akan terobati di Pasar Semawis ini. Berbagai sajian khas sekaligus merupakan ikon kuliner Semarang bisa anda temui disini seperti “Nasi Pindang dan Soto Sapi Bu Tris”, “Nasi Gudeg mBok Sireng”, “Nasi Ayam Karangturi” --yang penjualnya didatangkan langsung dari depan SD/SMP Karangturi--, “Nasi Goreng Babat dan Babat Gongso Kenangan”, “Sate Sapi Pak Kempleng”, berbagai hidangan oriental khas Pecinan termasuk sate Babi Singapore semua ada di Pasar Semawis. Berbagai makanan lain seperti Nasi Goreng, Bakmie Jawa, Nasi Pela, Nasi Pecel, aneka sate dan soto serta seafood juga menambah pilihan makanan yang bisa anda tuju di Pasar Semawis.

Tak hanya itu, minuman dan camilan ringan juga bisa anda temui disini seperti Wedhang Kacang Tanah, Wedhang Ronde, aneka teh dengan berbagai merek tempo doeloe serta tak ketinggalan pula aneka es. Panganan lain seperti “Serabi Kuah Khas Kalicari” dan “Loenpia Aduhai” nampaknya juga sayang untuk dilewatkan.

Untuk memulai petualangan kuliner anda ada baiknya anda harus benar-benar mengosongkan perut karena disepanjang jalan yang berjarak kurang lebih 350m itu ada ratusan warung/tenda penjaja makanan yang siap anda coba. Anda bisa memulai dengan mencoba berbagai hidangan teh dengan merek tempo doeloe atau mencoba panganan ringannya seperti siomay atau loenpia. Kalau anda datang beramai-ramai bersama keluarga atau teman maka acara santap anda bisa lebih meriah terutama apabila tiap orang memesan hidangan yang berbeda-beda. Begitu banyak jenis hidangan yang ditawarkan sehingga hanya mengunjunginya sekali saja dirasa tidak cukup.

Tak hanya itu, selain berbagai sajian makanan khas Pasar Semawis juga membuka tenda khusus karaoke yang bisa diikuti oleh siapa saja, namun sepanjang pengamatan saya umumnya peserta karaoke adalah mereka yang fasih menyanyikan lagu-lagu Mandarin. Jangan kaget kalau anda harus mengantri untuk bisa mandapatkan giliran. Penontonnya-pun lumayan dan umumnya kaum tua. Mereka akan menyimak baik-baik setiap bait kata yang anda nyanyikan dengan teks yang sudah pasti bukan dalam bahasa Indonesia. Lantunan lagu-lagu Mandarin ini akan menemani acara santap anda di Pasar Semawis. Menambah khas suasana santap anda di daerah Pecinan.

Selain menjual berbagai makanan di Pasar Semawis juga ada penjual buah-buahan, pakaian dan juga pernak-pernik lainnya. Saran saya apabila anda ingin menyantap hidangan di Pasar Semawis hendaknya anda perhatikan dengan baik seluruh menu yang disajikan oleh warung tersebut karena bisa jadi dari deretan makanan itu terdapat pula makanan non-halal dalam salah satu menunya. Maklumlah konsumen Pasar Semawis memang mayoritas adalah masyarakat Tionghoa di Semarang dan sekitarnya.

Apabila kebetulan anda mengunjungi daerah Pecinan ini pada siang hari memang tidak tampak adanya tanda-tanda pasar malam, tetapi itu bukan berarti anda tidak bisa berkeliling untuk melihat sisa-sisa keindahan daerah Pecinan yang memiliki sebagian dari total 20 klenteng yang terdapat di Semarang. Salah satunya adalah Klenteng Tay Kak Sie yang terletak di Gang Lombok tepi kali Semarang. Ada lagi Klenteng Liong Hok Bio di Gang Pinggir, Klenteng Siu Hok Bio (1753) di Jalan Wotgandul Timur, Klenteng Hoo Hok Bio (1792), Klenteng Kong Tik Soe, Klenteng Tong Pek Bio, Klenteng Tek Hay Bio di Jalan Gang Pinggir, Klenteng Wie Wie Kiong di Jalan Sebandaran I, Klenteng See Hoo Kiong di Jalan Sebandaran I, dan Klenteng Grajen.

Jadi selain pasar malam yang dipenuhi dengan aneka jajanan, kawasan ini juga kaya dengan peninggalan budaya yang menarik juga untuk dikunjungi.
Kunjungi juga wisata lainnya



Read more »

Rabu, 02 Maret 2011

Berburu Durian di Bogor

Berkunjung kelokasi perkebunan durian ini, kecuali anda datang dalam rombongan khusus, tidaklah di pungut biaya. Anda bebas keluar-masuk ke areal perkebunan seluas kurang lebih 15 hektar ini bersama keluarga, untuk melihat berbagai jenis durian yang ditanam disana. Kurang lebih ada 800 batang pohon tersebar di berbagai tempat dengan durian jenis monthong mendominasi perkebunan ini.

Jika anda berniat untuk berkunjung sambil menikmati durian secara langsung dari kebun ini, panen raya adalah saat yang tepat. Bulan Desember hingga Mei merupakan masa panen durian dengan puncak panen berada di bulan Januari hingga Maret. Kunjungan saya di bulan Agustus lalu, cenderung hanya bisa melihat pucuk-pucuk bunga durian yang banyak tersebar di batang pohonnya. Beberapa pohon memang masih menyisakan satu-dua buah durian, namun tentunya pemandangan akan jauh berbeda bila saat panen raya anda berkunjung ke lokasi ini. Dari jumlah putik bunga yang tersebar di tiap batang pohon durian saja sudah mampu memberikan gambaran bagaimana "heboh"-nya nanti, bila saat panen raya tiba. Ibarat, kemana mata memandang disitulah pengunjung akan melihat buah durian yang bergelantung menggoda selera. Tidak usah kuatir anda akan kejatuhan buah durian saat berada lokasi, dikarenakan buah durian yang sekiranya berbahaya bagi pengunjung telah diikat dengan tali.
       
Untuk menikmati durian yang ada di perkebunan ini, telah disediakan saung khusus yang berada didalam perkebunan maupun yang dibagian luar. Pengunjung bisa menikmati buah durian yang dipetiknya disaung ini, tentunya perlu ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan harganya. Harga yang dipatok untuk tiap kilogram durian adalah sebesar 30.000/kg. Sebuah harga yang cukup mahal, mengingat harga perkilo untuk durian monthong diluaran berkisar dibawah 20.000-an. Namun hal tersebut tidak menyurutkan para penggemar durian untuk datang dan menyantap durian yang ada diperkebunan ini. Mungkin, menikmati durian hasil pilihan sendiri bersama sesama penggemar fanatik buah durian, memberi suasana yang berbeda dan lebih utama dibandingkan harga yang ditawarkan.

Berbagai varietas durian ditanam di perkebunan ini. Sebutlah petruk, lai, simas, kaniau, hepe, tunan, sukun, citokong, cane dan bakul, ikut meramaikan pepohonan yang ada, dengan durian tipe monthong (thailand) yang merupakan variatas utama dan terbanyak. Kabarnya durian varietas simas merupakan jenis durian yang disukai oleh Bung Karno. Perkebunan ini sendiri mulai disiapkan sejak tahun 1980 dan baru mulai tahun 1990 ditanami dengan berbagai varietas buah durian.
       
Tak tanggung-tanggung, agar bisa lebih serius dalam mengelola kebun durian ini, Soewarso pemiliknya, memilih untuk tinggal didalam perkebunan. Kini, apa yang dirintisnya telah menjadi rujukan bagi banyak orang lain, baik didalam negeri maupun macanegara, dalam hal pengembangan tanaman durian.

Untuk mencapai lokasi perkebunan ini terdapat dua pilihan jalan. Anda bisa melalui Kota Bogor untuk kemudian naik angkutan kota jalur 03 jurusan Ramayana-Cihideung. Dari lokasi akhir angkutan umum ini, dengan sedikit berjalan kaki, anda akan sampai ke Warso Farm yang ditandai dengan patung durian berukuran sangat besar. Atau, anda bisa menempuh jalur keluar pintu tol Ciawi kearah Sukabumi. Dipertigaan Caringin anda tinggal belok kiri dan menyusuri satu-satunya jalan beraspal yang ada hingga kelokasi tujuan. Apapun pilihan anda, kedua jalur tersebut bisa dilalui oleh berbagai tipe jenis kendaraan. Jalan beraspal yang mulus memungkinkan kendaraan bergardan rendah (sedan) bisa melalui-nya dengan mudah. Jadi jika anda adalah penggemar fanatik buah durian, Warso Farm adalah suatu tempat yang harus anda kunjungi. 
Kunjungi Wisata Lainnya



Read more »

Budaya Debus Banten

Setelah mengucapkan mantra “haram kau sentuh kulitku, haram kau minum darahku, haram kau makan dagingku, urat kawang, tulang wesi, kulit baja, aku keluar dari rahim ibunda. Aku mengucapkan kalimat la ilaha illahu“. Maka pada saat itu juga ia menusukkan golok tersebut ke paha, lengan, perut dan bagian tubuh lainnya. Pada saat atraksi tersebut iapun menyambar leher anak kecil sambil menghunuskan goloknya ke anak tersebut. Anehnya bekas sambaran golok tersebut tidak ada meninggalkan luka yang sangat berbahaya bagi anak tersebut.

Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.

Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalna kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan perlawanan secara gerilya.

Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.

Dalam melakukan atraksi ini setiap pemain mempunyai syarat syarat yang berat, sebelum pentas mereka melakukan ritual ritual yang diberikan oleh guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sebelum ritual dilakukan. Selain itu mereka juga dituntut mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran islam. Pantangan bagi pemain debus adalah tidak boleh minum minuman keras, main judi, bermain wanita, atau mencuri. Dan pemain juga harus yakin dan tidak ragu ragu dalam melaksanakan tindakan tersebut, pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain bisa sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.

Menurut beberapa sumber sejarah, debus mempunyai hubungan dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka.

Pada saat ini banyak pendekar debus bermukim di Desa Walantaka, Kecamatan Walantaka, Kabupaten Serang. Yang sangat disayangkan keberadaan debus makin lama kian berkurang, dikarenakan para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka karena kurang latihan maupun ada yang “jahil” dengan pertunjukan yang mereka lakukan. Sehingga semakin lama warisan budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi debus ini dibanyak wilayah banten, tapi sekarang atraksi debus hanya ada pada saat event – event tertentu. Jadi tidak setiap hari kita dapat melihat atraksi ini. Warisan budaya, yang makin lama makin tergerus oleh perubahan jaman.
Wisata Lain di Indonesia



Read more »

Pantai Tambakrejo Blitar

Pantainya lumayan bersih, air lautnya biru, pasirnya putih membentang berbentuk sebuah teluk dengan panjang kurang lebih sepuluh kilometer. Ombaknya pun tidak terlalu besar, sehingga bagi anda yang punya hobi mandi, bisa mandi sepuas-puasnya di pantai ini.

Adalah sebuah ketidaksengajaan ketika kami sampai ke Pantai Tambak Rejo. Ketika berada di tengah perjalanan dari arah Kediri ke Blitar ada papan petunjuk kearah Pantai Tambak Rejo, langsung saja kami membelokkan kendaraan menuju pantai tersebut. Agar yakin, kami berhenti sebentar untuk bertanya kepada orang di jalan, seberapa jauh jarak pantai tersebut dari jalan arteri. Orang tersebut mengatakan, hanya perlu waktu setengah jam dari sini untuk mencapai Pantai Tambak Rejo.

Akhirnya kami teruskan perjalanan, mula-mula jalan yang kami lalui lebar dan datar, namun lama-lama jalanan yang kami lalui menyempit hanya cukup untuk satu mobil dan satu motor. Menjelang pantai, kami melalui bukit-bukit yang amat tandus, hutan-hutan jati yang meranggas daunnya dan bukit-bukit kapur yang kering. Melihat jarum jam, ternyata kami sudah hampir satu jam melewati jalan-jalan sempit tersebut, namun Pantai Tambak Rejo belum kelihatan juga.

Lima belas menit kemudian, pintu gerbang pantai sudah kelihatan, dan beberapa petugas menghampiri. Ternyata waktu tempuh kami hampir satu jam lima belas menit dari jalan arteri Kediri-Blitar. Sebetulnya jarak tempuhnya hanya sekitar dua puluh tiga kilometer, namun kami tidak bisa memacu kendaraan dengan cepat karena jalan yang sempit dan banyaknya motor dari lawan arah yang kadang muncul tiba-tiba dari balik bukit.

Tak jauh dari pintu masuk, kami sudah bisa melihat air laut yang biru dengan pasir putihnya. Langsung saja kami berputar-putar mengelilingi pantai dengan jalan kaki untuk merasakan butiran-butiran halus pasir pantai. Terlihat ada beberapa orang yang menyewakan ban untuk berenang, juga beberapa perahu yang siap mengantar kita berkeliling di sekitar pantai.
       
Karena ingin merasakan goyangan air laut, kami memilih naik perahu untuk menghilangkan penat selama perjalanan dengan kendaraan bermotor. Ongkos naik perahu hanya lima rubiah per orang, dimana kapasitas maksimal perahu adalah sepuluh orang. Setelah berkeliling beberapa saat, kami melewati Pasetran Gondo Mayit. Konon ceritanya, tempat ini adalah termasuk tempat keramat, dan banyak didatangi orang untuk sekedar melihat ataupun dengan maksud lainnya.

Selesai naik perahu, kami sempatkan melihat-lihat tempat pelelangan ikan. Pada saat kami datang , ikan-ikan segarnya tinggal sedikit karena hari sudah siang. Bagi anda yang suka ikan segar bisa datang lebih pagi untuk menikmati seafood dan segarnya hawa pagi Pantai Tambak Rejo. Hari-hari biasa pantai ini sepi dari pengunjung, kecuali hari libur atau hari libur nasonal barulah pengunjung banyak yang datang.

Tak ada salahnya bagi anda yang berkunjung ke Blitar menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Pantai Tambak Rejo. Walaupun minim fasilitas, berkunjung ke ekowisata pantai selalu mendatangkan pengalaman tersendiri.
Kunjungi Wisata Lainnya


Read more »

 
informasi tempat wisata di jawa indonesia