Jumat, 25 Maret 2011

Wisata Budaya di Kampung Naga

Bosan dengan kehidupan kota metropolitan yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit? Anda bisa mengambil waktu liburan untuk mengunjungi Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda.

Seperti pemukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda di masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat.

Kampung yang memiliki luas 1,5 hektare ini masih sangat terlihat “hijau” dan sama sekali belum  dipengaruhi oleh modernisasi. Sekira 311 orang tinggal di desa ini. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Garut dengan Kota Tasikmalaya.

Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah di sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga.

Setibanya di kampung ini, Anda akan melihat ratusan pohon-pohon yang tumbuh tinggi, sawah hijau, dan Sungai Ciwulang panjang. Selain itu, Anda akan menghirup udara sejuk dan suara gemericik air sungai di kejauhan.

(okezone.com)

Tempat Wisata Lainnya
Read more »

Selasa, 22 Maret 2011

Elang Cerdik Hibur Pengunjung Ragunan

Sejumlah satwa berjalan bebas di sepanjang area Taman Margasatwa Ragunan. Lihatlah bagaimana barisan burung elang terbang dengan cantiknya dan beratraksi menghibur mata pengunjung.

Tahukah Anda bahwa burung elang merupakan satwa identitas kota Jakarta? Inilah salah satu tujuan Taman Margasatwa Ragunan melakukan kegiatan parade satwa. Taman margasatwa yang berlokasi di Jakarta Selatan ini ingin memberi edukasi sekaligus pendidikan konservasi satwa kepada para pengunjung.

Pertunjukkan yang tak kalah memukai pengunjung adalah atraksi elang.

"Show satwa elang yang ditampilkan lebih kepada penyajian suatu eksibisi satwa yang lebih alami dan menyenangkan bagi pengunjung," kata Mimi Utami, Kepala Seksi Kesejahtraan dan Peragaan Satwa Taman Margasatwa Ragunan.

Mimi menambahkan, acara sengaja menyajikan sesuatu yang beda.

"Acara atraksi satwa ini merupakan suatu eksibisi yang lebih alami dan komunikatif," ungkapnya.

Atraksi dikemas menghibur di mana seekor elang terbang bebas lalu mengambil umpan sepotong daging di atas kepala seorang pengunjung. Pengunjung terlihat sangat antusias melihat pertunjukan elang cerdik ini.

Tata, salah seorang pengunjung Taman Margasatwa Ragunan mengatakan, atraksi elang sangat menghibur dan menakjubkan.

"Atraksi show elang yang menghibur dan menakjubkan, karena kita bisa melihat elang terbang bebas," ujarnya.
Info Wisata Lainnya
Read more »

Surga Peselancar di Pantai Grajagan

 Selatan Banyuwangi memang terkenal dengan deretan pantai yang indah. Namun, salah satu pantai yang sangat dilirik peselancar dunia dalam lima tahun terakhir ini adalah Pantai Grajagan.

Terletak sekitar 52 km ke arah selatan dari Kota Banyuwangi. Posisi pantainya strategis menjadi pintu gerbang menuju ke Pantai Plengkung. Grajagan berada di kawasan seluas 314 hektar di hutan KPH Banyuwangi Selatan, terletak di desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi.

Pantainya luas diselimuti oleh pasir hitam, memiliki gua dan bukit yang sangat indah. Ketika Anda berada di sana maka akan melihat hamparan pantai dan bukit yang menjulang tinggi di tepi pantai.

Menikmati suasana pantai dengan deburan ombak laut lepas dari atas shelter dan 3 gua peninggalan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Anda juga dapat menyaksikan langsung aktifitas nelayan di pagi hari saat berangkat mencari ikan dan menurunkan ikan hasil tangkapannya. Belilah beberapa jenis ikan laut hasil tangkapan nelayan atau mengapa tidak memancingnya secara langsung.
Kunjungi Wisata Keren lainnya


Read more »

Jumat, 18 Maret 2011

Pasar Semawis

Pasar Semawis yang berada didaerah Pecinan Semarang awalnya adalah pasar malam yg diadakan beberapa hari menjelang perayaan Imlek tahun 2004. Penyelenggaraannya dimungkinkan karena pada saat itu Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 yang melarang perayaan kebudayaan Tionghoa. Pencabutan yang menandai era keterbukaan budaya ini disambut sangat antusias oleh warga Tionghoa di Semarang dan pasar malam yang tadinya hanya ada menjelang perayaan imlek berubah menjadi event yang lebih reguler dan permanen.

Apabila anda datang mengunjungi lokasi pasar menjelang perayaan imlek maka anda akan melihat daerah Pecinan ini akan dihiasi dengan berbagai macam ornamen-ornamen seperti lampion merah atau spanduk dimana-mana. Masyarakat sekitar akan mengadakan arak-arakan sebuah boneka ayam berukuran besar di beberapa gang.

Selain itu anda juga akan disuguhi dengan berbagai macam pertunjukan kesenian dan kebudayaan Cina seperti opera klasik, wayang potehi (wayang golek khas Tionghoa), barongsai, wushu, seni kaligrafi, konsultasi hingga pengobatan tradisional Cina. Acara tahunan ini diadakan oleh Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata) yang didukung oleh Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kota Semarang dan pihak-pihak lain yang ikut peduli dengan pelestarian kawasan Pecinan.

Diluar perayaan imlek Pasar Semawis dan sekitarnya tetap menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Berbeda dengan awal penyelenggaraannya dimana lokasi pasar malam dimulai dari Jalan Wotgandul Timur, Gang Warung, Gang Baru, Gang Belakang, Gang Tengah, Gang Gambiran dan Gang Besen, Pasar Semawis sekarang diadakan di Gang Warung dan hanya buka pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu malam mulai pukul 18.00-23.00. Pada saat itu akan akan menjumpai ratusan stand dibuka. Jenis makanannya pun tidak hanya terbatas pada kuliner khas Semarang tapi juga terdapat kuliner yang mewakili komunitas Arab, Pakistan dan India.
       
Pemerintah Kota Semarang nampaknya cukup serius dalam menata pusat lokasi wisata kuliner malam hari ini, bisa dilihat dari pemilihan pedagang yang bisa membuka stand di Pasar Semawis dan penataan tenda atau warung yang cukup rapi dan teratur. Seluruh tenda atau warung penjual makanan terletak di sisi sebelah kanan, deretan kursi dan meja makan diletakkan di sisi sebelah kiri dengan menyisakan jalanan pengunjung ditengah-tengah. Sebetulnya saya tiba di Pasar Semawis sudah lewat dari jam makan malam, tetapi masih menemui kesulitan menemui kursi kosong karena bisa dibilang semua kursi sudah terisi oleh penikmat kuliner Semarang.

Kalau anda cukup familiar dengan kuliner khas Semarang maka kerinduan anda akan terobati di Pasar Semawis ini. Berbagai sajian khas sekaligus merupakan ikon kuliner Semarang bisa anda temui disini seperti “Nasi Pindang dan Soto Sapi Bu Tris”, “Nasi Gudeg mBok Sireng”, “Nasi Ayam Karangturi” --yang penjualnya didatangkan langsung dari depan SD/SMP Karangturi--, “Nasi Goreng Babat dan Babat Gongso Kenangan”, “Sate Sapi Pak Kempleng”, berbagai hidangan oriental khas Pecinan termasuk sate Babi Singapore semua ada di Pasar Semawis. Berbagai makanan lain seperti Nasi Goreng, Bakmie Jawa, Nasi Pela, Nasi Pecel, aneka sate dan soto serta seafood juga menambah pilihan makanan yang bisa anda tuju di Pasar Semawis.

Tak hanya itu, minuman dan camilan ringan juga bisa anda temui disini seperti Wedhang Kacang Tanah, Wedhang Ronde, aneka teh dengan berbagai merek tempo doeloe serta tak ketinggalan pula aneka es. Panganan lain seperti “Serabi Kuah Khas Kalicari” dan “Loenpia Aduhai” nampaknya juga sayang untuk dilewatkan.

Untuk memulai petualangan kuliner anda ada baiknya anda harus benar-benar mengosongkan perut karena disepanjang jalan yang berjarak kurang lebih 350m itu ada ratusan warung/tenda penjaja makanan yang siap anda coba. Anda bisa memulai dengan mencoba berbagai hidangan teh dengan merek tempo doeloe atau mencoba panganan ringannya seperti siomay atau loenpia. Kalau anda datang beramai-ramai bersama keluarga atau teman maka acara santap anda bisa lebih meriah terutama apabila tiap orang memesan hidangan yang berbeda-beda. Begitu banyak jenis hidangan yang ditawarkan sehingga hanya mengunjunginya sekali saja dirasa tidak cukup.

Tak hanya itu, selain berbagai sajian makanan khas Pasar Semawis juga membuka tenda khusus karaoke yang bisa diikuti oleh siapa saja, namun sepanjang pengamatan saya umumnya peserta karaoke adalah mereka yang fasih menyanyikan lagu-lagu Mandarin. Jangan kaget kalau anda harus mengantri untuk bisa mandapatkan giliran. Penontonnya-pun lumayan dan umumnya kaum tua. Mereka akan menyimak baik-baik setiap bait kata yang anda nyanyikan dengan teks yang sudah pasti bukan dalam bahasa Indonesia. Lantunan lagu-lagu Mandarin ini akan menemani acara santap anda di Pasar Semawis. Menambah khas suasana santap anda di daerah Pecinan.

Selain menjual berbagai makanan di Pasar Semawis juga ada penjual buah-buahan, pakaian dan juga pernak-pernik lainnya. Saran saya apabila anda ingin menyantap hidangan di Pasar Semawis hendaknya anda perhatikan dengan baik seluruh menu yang disajikan oleh warung tersebut karena bisa jadi dari deretan makanan itu terdapat pula makanan non-halal dalam salah satu menunya. Maklumlah konsumen Pasar Semawis memang mayoritas adalah masyarakat Tionghoa di Semarang dan sekitarnya.

Apabila kebetulan anda mengunjungi daerah Pecinan ini pada siang hari memang tidak tampak adanya tanda-tanda pasar malam, tetapi itu bukan berarti anda tidak bisa berkeliling untuk melihat sisa-sisa keindahan daerah Pecinan yang memiliki sebagian dari total 20 klenteng yang terdapat di Semarang. Salah satunya adalah Klenteng Tay Kak Sie yang terletak di Gang Lombok tepi kali Semarang. Ada lagi Klenteng Liong Hok Bio di Gang Pinggir, Klenteng Siu Hok Bio (1753) di Jalan Wotgandul Timur, Klenteng Hoo Hok Bio (1792), Klenteng Kong Tik Soe, Klenteng Tong Pek Bio, Klenteng Tek Hay Bio di Jalan Gang Pinggir, Klenteng Wie Wie Kiong di Jalan Sebandaran I, Klenteng See Hoo Kiong di Jalan Sebandaran I, dan Klenteng Grajen.

Jadi selain pasar malam yang dipenuhi dengan aneka jajanan, kawasan ini juga kaya dengan peninggalan budaya yang menarik juga untuk dikunjungi.
Kunjungi juga wisata lainnya



Read more »

Rabu, 02 Maret 2011

Berburu Durian di Bogor

Berkunjung kelokasi perkebunan durian ini, kecuali anda datang dalam rombongan khusus, tidaklah di pungut biaya. Anda bebas keluar-masuk ke areal perkebunan seluas kurang lebih 15 hektar ini bersama keluarga, untuk melihat berbagai jenis durian yang ditanam disana. Kurang lebih ada 800 batang pohon tersebar di berbagai tempat dengan durian jenis monthong mendominasi perkebunan ini.

Jika anda berniat untuk berkunjung sambil menikmati durian secara langsung dari kebun ini, panen raya adalah saat yang tepat. Bulan Desember hingga Mei merupakan masa panen durian dengan puncak panen berada di bulan Januari hingga Maret. Kunjungan saya di bulan Agustus lalu, cenderung hanya bisa melihat pucuk-pucuk bunga durian yang banyak tersebar di batang pohonnya. Beberapa pohon memang masih menyisakan satu-dua buah durian, namun tentunya pemandangan akan jauh berbeda bila saat panen raya anda berkunjung ke lokasi ini. Dari jumlah putik bunga yang tersebar di tiap batang pohon durian saja sudah mampu memberikan gambaran bagaimana "heboh"-nya nanti, bila saat panen raya tiba. Ibarat, kemana mata memandang disitulah pengunjung akan melihat buah durian yang bergelantung menggoda selera. Tidak usah kuatir anda akan kejatuhan buah durian saat berada lokasi, dikarenakan buah durian yang sekiranya berbahaya bagi pengunjung telah diikat dengan tali.
       
Untuk menikmati durian yang ada di perkebunan ini, telah disediakan saung khusus yang berada didalam perkebunan maupun yang dibagian luar. Pengunjung bisa menikmati buah durian yang dipetiknya disaung ini, tentunya perlu ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan harganya. Harga yang dipatok untuk tiap kilogram durian adalah sebesar 30.000/kg. Sebuah harga yang cukup mahal, mengingat harga perkilo untuk durian monthong diluaran berkisar dibawah 20.000-an. Namun hal tersebut tidak menyurutkan para penggemar durian untuk datang dan menyantap durian yang ada diperkebunan ini. Mungkin, menikmati durian hasil pilihan sendiri bersama sesama penggemar fanatik buah durian, memberi suasana yang berbeda dan lebih utama dibandingkan harga yang ditawarkan.

Berbagai varietas durian ditanam di perkebunan ini. Sebutlah petruk, lai, simas, kaniau, hepe, tunan, sukun, citokong, cane dan bakul, ikut meramaikan pepohonan yang ada, dengan durian tipe monthong (thailand) yang merupakan variatas utama dan terbanyak. Kabarnya durian varietas simas merupakan jenis durian yang disukai oleh Bung Karno. Perkebunan ini sendiri mulai disiapkan sejak tahun 1980 dan baru mulai tahun 1990 ditanami dengan berbagai varietas buah durian.
       
Tak tanggung-tanggung, agar bisa lebih serius dalam mengelola kebun durian ini, Soewarso pemiliknya, memilih untuk tinggal didalam perkebunan. Kini, apa yang dirintisnya telah menjadi rujukan bagi banyak orang lain, baik didalam negeri maupun macanegara, dalam hal pengembangan tanaman durian.

Untuk mencapai lokasi perkebunan ini terdapat dua pilihan jalan. Anda bisa melalui Kota Bogor untuk kemudian naik angkutan kota jalur 03 jurusan Ramayana-Cihideung. Dari lokasi akhir angkutan umum ini, dengan sedikit berjalan kaki, anda akan sampai ke Warso Farm yang ditandai dengan patung durian berukuran sangat besar. Atau, anda bisa menempuh jalur keluar pintu tol Ciawi kearah Sukabumi. Dipertigaan Caringin anda tinggal belok kiri dan menyusuri satu-satunya jalan beraspal yang ada hingga kelokasi tujuan. Apapun pilihan anda, kedua jalur tersebut bisa dilalui oleh berbagai tipe jenis kendaraan. Jalan beraspal yang mulus memungkinkan kendaraan bergardan rendah (sedan) bisa melalui-nya dengan mudah. Jadi jika anda adalah penggemar fanatik buah durian, Warso Farm adalah suatu tempat yang harus anda kunjungi. 
Kunjungi Wisata Lainnya



Read more »

Budaya Debus Banten

Setelah mengucapkan mantra “haram kau sentuh kulitku, haram kau minum darahku, haram kau makan dagingku, urat kawang, tulang wesi, kulit baja, aku keluar dari rahim ibunda. Aku mengucapkan kalimat la ilaha illahu“. Maka pada saat itu juga ia menusukkan golok tersebut ke paha, lengan, perut dan bagian tubuh lainnya. Pada saat atraksi tersebut iapun menyambar leher anak kecil sambil menghunuskan goloknya ke anak tersebut. Anehnya bekas sambaran golok tersebut tidak ada meninggalkan luka yang sangat berbahaya bagi anak tersebut.

Atraksi yang sangat berbahaya tersebut biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.

Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalna kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus, dan mereka melakukan perlawanan secara gerilya.

Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.

Dalam melakukan atraksi ini setiap pemain mempunyai syarat syarat yang berat, sebelum pentas mereka melakukan ritual ritual yang diberikan oleh guru mereka. Biasanya dilakukan 1-2 minggu sebelum ritual dilakukan. Selain itu mereka juga dituntut mempunyai iman yang kuat dan harus yakin dengan ajaran islam. Pantangan bagi pemain debus adalah tidak boleh minum minuman keras, main judi, bermain wanita, atau mencuri. Dan pemain juga harus yakin dan tidak ragu ragu dalam melaksanakan tindakan tersebut, pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain bisa sangat membahayakan jiwa pemain tersebut.

Menurut beberapa sumber sejarah, debus mempunyai hubungan dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka.

Pada saat ini banyak pendekar debus bermukim di Desa Walantaka, Kecamatan Walantaka, Kabupaten Serang. Yang sangat disayangkan keberadaan debus makin lama kian berkurang, dikarenakan para pemuda lebih suka mencari mata pencaharian yang lain. Dan karena memang atraksi ini juga cukup berbahaya untuk dilakukan, karena tidak jarang banyak pemain debus yang celaka karena kurang latihan maupun ada yang “jahil” dengan pertunjukan yang mereka lakukan. Sehingga semakin lama warisan budaya ini semakin punah. Dahulu kita bisa menyaksikan atraksi debus ini dibanyak wilayah banten, tapi sekarang atraksi debus hanya ada pada saat event – event tertentu. Jadi tidak setiap hari kita dapat melihat atraksi ini. Warisan budaya, yang makin lama makin tergerus oleh perubahan jaman.
Wisata Lain di Indonesia



Read more »

Pantai Tambakrejo Blitar

Pantainya lumayan bersih, air lautnya biru, pasirnya putih membentang berbentuk sebuah teluk dengan panjang kurang lebih sepuluh kilometer. Ombaknya pun tidak terlalu besar, sehingga bagi anda yang punya hobi mandi, bisa mandi sepuas-puasnya di pantai ini.

Adalah sebuah ketidaksengajaan ketika kami sampai ke Pantai Tambak Rejo. Ketika berada di tengah perjalanan dari arah Kediri ke Blitar ada papan petunjuk kearah Pantai Tambak Rejo, langsung saja kami membelokkan kendaraan menuju pantai tersebut. Agar yakin, kami berhenti sebentar untuk bertanya kepada orang di jalan, seberapa jauh jarak pantai tersebut dari jalan arteri. Orang tersebut mengatakan, hanya perlu waktu setengah jam dari sini untuk mencapai Pantai Tambak Rejo.

Akhirnya kami teruskan perjalanan, mula-mula jalan yang kami lalui lebar dan datar, namun lama-lama jalanan yang kami lalui menyempit hanya cukup untuk satu mobil dan satu motor. Menjelang pantai, kami melalui bukit-bukit yang amat tandus, hutan-hutan jati yang meranggas daunnya dan bukit-bukit kapur yang kering. Melihat jarum jam, ternyata kami sudah hampir satu jam melewati jalan-jalan sempit tersebut, namun Pantai Tambak Rejo belum kelihatan juga.

Lima belas menit kemudian, pintu gerbang pantai sudah kelihatan, dan beberapa petugas menghampiri. Ternyata waktu tempuh kami hampir satu jam lima belas menit dari jalan arteri Kediri-Blitar. Sebetulnya jarak tempuhnya hanya sekitar dua puluh tiga kilometer, namun kami tidak bisa memacu kendaraan dengan cepat karena jalan yang sempit dan banyaknya motor dari lawan arah yang kadang muncul tiba-tiba dari balik bukit.

Tak jauh dari pintu masuk, kami sudah bisa melihat air laut yang biru dengan pasir putihnya. Langsung saja kami berputar-putar mengelilingi pantai dengan jalan kaki untuk merasakan butiran-butiran halus pasir pantai. Terlihat ada beberapa orang yang menyewakan ban untuk berenang, juga beberapa perahu yang siap mengantar kita berkeliling di sekitar pantai.
       
Karena ingin merasakan goyangan air laut, kami memilih naik perahu untuk menghilangkan penat selama perjalanan dengan kendaraan bermotor. Ongkos naik perahu hanya lima rubiah per orang, dimana kapasitas maksimal perahu adalah sepuluh orang. Setelah berkeliling beberapa saat, kami melewati Pasetran Gondo Mayit. Konon ceritanya, tempat ini adalah termasuk tempat keramat, dan banyak didatangi orang untuk sekedar melihat ataupun dengan maksud lainnya.

Selesai naik perahu, kami sempatkan melihat-lihat tempat pelelangan ikan. Pada saat kami datang , ikan-ikan segarnya tinggal sedikit karena hari sudah siang. Bagi anda yang suka ikan segar bisa datang lebih pagi untuk menikmati seafood dan segarnya hawa pagi Pantai Tambak Rejo. Hari-hari biasa pantai ini sepi dari pengunjung, kecuali hari libur atau hari libur nasonal barulah pengunjung banyak yang datang.

Tak ada salahnya bagi anda yang berkunjung ke Blitar menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Pantai Tambak Rejo. Walaupun minim fasilitas, berkunjung ke ekowisata pantai selalu mendatangkan pengalaman tersendiri.
Kunjungi Wisata Lainnya


Read more »

Rabu, 23 Februari 2011

Pantai Drini Yogyakarta

Dengan menggunakan kendaraan bermotor, perjalanan dari Yogyakarta ke Pantai Drini memakan waktu sekitar tiga jam dengan menempuh jarak kurang lebih sekitar 40km.. Sungguh suatu perjalanan yang membosankan apabila selama perjalanan, kami tidak disuguhi pemandangan berupa perbukitan karang yang sangat indah. Perjalanan yang berkelok-kelok menyusuri perbukitan tersebut memberi kesempatan pada kami untuk melihat bukit karang yang sangat besar membentuk gua alami yang sepintas mirip dengan gua stalaktit. Jika waktu yang tersedia memadai, mungkin kami akan mampir sebentar ke dalam gua tersebut untuk melihat keindahan karang yang konon kabarnya memiliki corak yang menarik. Tak terasa, setelah melintasi dua bukit yang sangat besar akhirnya  tibalah kami di bibir Pantai Drini

Sebuah pemandangan yang menakjubkan terhampar didepan mata. Pantai ini sangat menarik untuk dinikmati dengan keindahan yang asri dan pantainya yang boleh dibilang masih perawan. Hamparan pasir putih yang indah, nampak sesekali berkilau saat diterpa sinar matahari. Aroma laut yang memanjakan indera penciuman diseratia dengan deburan lirih ombak saat membelai pantai, memberikan ketenangan sendiri saat berada disana. Tidak seperti banyak pantai yang ada dipulau Jawa lainnya yang cenderung telah kotor dan tercemar oleh aktifitas manusia, kondisi Pantai Drini sangatlah bersih dengan hamparan pasir putih yang terbentang luas. Pantainya yang landai ditambah dengan kejernihan air laut memudahkan kami melihat dengan jelas berbagai karang dan rumput lautnya. Berbagai biota laut seperti ikan-ikan kecil, keong, kepiting kecil dan tripang tidak sulit ditemukan sambil menyusuri pinggiran pantai. Tak heran, terkadang terlihat anak-anak kecil menyusuri pantai dengan kantong plastik ditangan, sibuk mencari ikan laut cantik berwarna-warni. Celoteh riang sesekali terdengar ketika mereka berhasil menangkap ikan laut kecil dengan corak warnanya yang indah dan kontras.

Diapit oleh bukit-bukit yang cukup besar, lokasi pantai ini seakan terisolasi dengan dunia luar. Perpaduan yang menarik antar bukit yang menjulang dengan laut yang membentang luas memberikan sajian arsitektur alam yang sangat indah. Tidak seperti umumnya pantai-pantai lain yang cenderung diterpa sinar matahari yang terik dan panas, Pantai Drini memiliki udara yang lebih sejuk beserta suhu air laut yang lebih dingin. Suasana inilah yang membikin saya betah untuk berlama-lama duduk bersantai ditepi pantai menikmati suasana yang ada.

Kehidupan nelayan dipantai ini tak jauh beda seperti layaknya nelayan pada umumnya. Mecari ikan ditengah laut adalah acara rutin yang menghiasi kehidupan mereka sehari-hari dalam mencari nafkah. Mereka sangat ramah dan sopan terhadap turis/pengunjung yang datang berkunjung ke Pantai Drini. Saya menyempatkan diri untuk mengobrol dengan salah satu dari mereka. Pak Wardiman namanya, beliau bercerita saat musim menjaring ikan telah lewat, mereka biasanya akan memancing dikarang, mencari gurita atau menangkap cacing laut disela-sela karang dengan menggunakan alat pancing yang mirip senjata clurit (sabit) untuk mengail cacing laut tersebut.

Tidak terasa haripun sudah beranjak senja. Ingin rasanya menikmati sunset di Pantai Drini yang elok ini, namun suatu hal yang tidak mungkin bisa kami nikmati mengingat mentari sore selalu terbenam diantara bukit-bukit yang mengelilingi Pantai Drini. Dan karena kami menempuh perjalanan menaiki kendaraan bermotor, sebuah alasan lain yang menahan kami untuk tetap menikmati senja disana. Senjapun mulai perlahan beralih menjadi malam, saat kami kembali menyusuri bukit yang berkelok-kelok tanpa penerangan dan rambu jalan yang memadai.
Wisata Lainnya di Indonesia



Read more »

Museum Keris

Keris adalah sesuatu yang sangat erat khususnya dengan kultur Jawa. Dalam “Legenda Jawa” dikatakan, bahwa untuk menjadi seorang pria yang sejati, maka seseorang harus memiliki lima hal, yakni: sebuah keris pusaka; seekor kuda; burung peliharaan; seorang wanita dan sebuah rumah.

Keris dalam kultur Jawa dipandang dan diperlakukan sebagai suatu “simbol” dan juga “status” bagi sang pemiliknya, bukannya sebagai suatu “alat pembunuh” (Martial Weapon). Hampir disetiap keluarga aristokrat jawa, dapat dipastikan mereka memiliki sebuah Keris Pusaka Keluarga, yang memiliki keampuhan-keampuhan yang khas. Memiliki sebuah Keris Pusaka, mengharuskan seseorang untuk memenuhi berbagai ritual, salah satu diantaranya adalah upacara pemandian keris, yang umumnya dilakukan setiap tahunnya dan hal itu tergantung sekali kepada para pemiliknya masing-masing, bagaimana mereka dalam melakukannya.

Rumitnya masalah keris ini juga berakibat tidak mudahnya masalah kepemilikan keris bagi seseorang, yang ternyata tidak semudah memiliki barang-barang pribadi lainnya. Untuk memiliki sebuah keris yang mengandung makna kultural, mengharuskan seseorang melakukan beberapa ritual, untuk memastikan apakah keris tersebut “berjodoh” dengan sipemilik dan bagaimana selanjutnya pemeliharaan yang diharapkan oleh si-Keris tersebut.

Berpindah tangannya sebuah keris tidak ditandai dengan perpindah tangannya segenggam uang. Sebagaimana layaknya orang yang akan melakukan pernikahan, maka persatuan antara sebuah keris dengan pemiliknya yang baru, ditandai oleh “mahar” atau “Mas Kawin” yang disetujui oleh kedua belah pihak, termasuk si-Keris tersebut, melalui seorang “medium”. Masalah bisa berakibat sangat serious, karena kalau si-Keris tidak bisa menerima pemiliknya yang baru, maka hal tersebut bisa fatal bagi sipemilik baru tersebut.

Tingkat kerumitan masalah keris ini termasuk bagaimana cara menyandang si-Keris tersebut. Hal itu tergantung penyandangnya untuk kepentingan apa ? Kalau semua masalah ritual tersebut diabaikan, hal itu hanya akan menyebabkan si-Keris tersebut gusar dan kalau sudah demikian keadaannya, maka suasana harmonis antara si-Keris dan pemiliknya menjadi terganggu dan bencanapun bisa saja terjadi.!

Masalah rumitnya dunia Keris ini nampaknya juga menimbulkan perbedaan pendapat tentang dari mana asal-usul kata “Keris” tersebut berasal? Dalam buku “Ensiklopedia Keris” yang dijual dimuseum Keris, diterangkan bahwa kata Keris pertama ditemukan pada sebuah lempeng perunggu dengan tulisan “KRES” yang ditemukan sekitar tahun 825, didesa Karangtengah. Konon, selanjutnya kata “KRES” inilah yang merupakan cikal-bakal kata “KERIS” yang kita kenal sekarang, dengan segala macam misterinya.
Kunjungi Wisata di Indonesia


Read more »

Museum - Museum Kereta Api Ambarawa

Sekitar satu jam perjalanan dari rute Semarang - Yogyakarta, kita bisa berkunjung ke lokasi museum kereta api yang terletak di kota Ambarawa. Dari semua museum kereta yang pernah saya kunjungi selama berwisata di luar negeri, boleh dibilang kereta api yang terdapat di museum ini kurang terpelihara dengan baik. Hanya satu dari sekian lokomotif yang ada di museum ini masih terawat dengan baik, yakni lokomotif yang hingga sekarang masih digunakan untuk keperluan wisata secara komersial. Selebihnya, tampak terabaikan dengan membiarkannya berkarat di luar bukan didalam ruangan tertutup yang mampu melindunginya dari perubahan cuaca, seperti yang umum dilakukan oleh museum kereta api lainnya.

Sepanjang ingatan saya, secara keseluruhan kondisi stasiun (museum) kereta ini, masih terlihat terawat seperti mana kondisi saat masih 'berjaya' dimasa lalu. Halaman teras stasiun terlihat rapi, bersih dan terawat, demikian juga dinding atau bangunan fisik dari stasiun ini. Sebuah jam model kuno yang terpasang di dinding sisi atas stasiun masih bisa berfungsi dengan baik. Model jam seperti ini, dulunya umum digunakan diseluruh stasiun kereta api.
       
Stasiun ini didirikan pada tahun 1873 selama pemerintahan kolonial Koningen Willem I. Sampai sekarang, beberapa ruangan dan perabot yang dulu sering digunakan selama masa tersebut, masih tampak terlihat terawat dengan baik. Anda bisa melihat bagian ruang tunggu yang masih lengkap dengan perabot meja kursi tempo dulu dan beberapa peralatan komunikasi dan kontrol jalur kereta api yang kesemuanya masih dalam kondisi baik. Sayangnya stasiun ini sudah tidak lagi berfungsi sebagai sarana transportasi umum, namun sebagai museum kereta api bisa menjadikannya lebih terawat.

Pada jaman kolonial, kereta api yang ada di stasiun ini digunakan sebagai sarana transportasi umum untuk melayani penumpang dan hasil pertanian di sekitar lokasi. Untuk melintasi area perbukitan, pada bagian tengah dari rel kereta api terdapat plat besi khusus untuk memudahkannya mendaki bukit.

Saat ini, satu dari beberapa lokomotif tua yang ada di stasiun ini masih digunakan untuk keperluan wisata, terutama bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman naik kereta ber-loko seperti yang dulu pernah terjadi. Museum ini mengenakan biaya sebesar 3,5 juta rupiah (+/- 400 USD) untuk sebuah rute perjalanan dengan menggunakan kereta api tua yang mampu mengangkut hingga maksimum 40 orang. Perjalanan sejarah "tempo doeloe" ini menempuh jarak sekitar 20 kilometer pulang-pergi, yakni dari Stasiun Ambarawa hingga Stasiun Bedono dalam waktu tempuh +/- dua jam.

Saratnya kandungan sejarah dengan suasana stasiun kereta api jaman dulu yang masih terawat rapi, menjadikan lokasi ini cukup populer sebagai tempat untuk "pre wedding photgraphy" atau sekedar sarana jalan-jalan dengan binatang peliharaan oleh masyarakat sekitar.
Wisata Lainnya di Indonesia



Read more »

Wisata Flora di Kebun Raya Purwodadi

Anggrek spesies berlabel Paphiopedilum glaucophyllum itu sangat menarik perhatian. Bunganya tidak besar. Sebagai perbandingan, anggrek ini tidak sebesar anggrek bulan. Daya tarik utamanya justru terletak pada labellum atau bibir bunganya yang berbentuk kantong, berwarna ungu, dengan ornamen totol-totol di kelopak bunganya.
Orang menyebutnya anggrek kantong, atau anggrek selop sama dengan nama komersialnya dalam bahasa Inggris, the lady’s slipper orchid. Anggrek endemik kawasan Gunung Semeru itu menjadi salah satu koleksi yang dipamerkan dalam Ekspose Botani untuk memperingati ulang tahun ke-68 Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur. Para ahli memasukkannya dalam daftar terancam kepunahan. Bentuknya yang unik, menyerupai kantong semar (Nepenthes sp), menyebabkannya diburu para pencinta tanaman.
Jadi arena wisata flora.

Selain anggrek kantong, peringatan ulang tahun itu juga ditandai dengan pengumuman penemuan spesies baru anggrek asal Flores, Nusa Tenggara Timur, yang diberi nama Dendrobium floresianum Metusala. Penemuan anggrek tahun 2006 itu, melengkapi koleksi anggrek alam Kebun Raya Purwodadi yang tercatat 512 jenis, sepuluh di antaranya endemik Jawa Timur.

Selain anggrek, koleksi tumbuhan yang dapat dinikmati di dalam kebun raya itu adalah koleksi palem, koleksi bambu, koleksi pisang, koleksi tanaman berkhasiat obat, koleksi pisang, koleksi polong-polongan. Masing-masing ditempatkan menurut kelompok, sebagian dipisahkan hamparan rumput hijau yang terawat.

Sampai dengan Mei 2009, kebun raya itu menyimpan koleksi 10.934 spesimen tanaman, terdiri atas 174 suku (familia), 909 marga (genus), dan 1.902 jenis (species). Selain diperoleh dari hasil eks-plorasi, koleksi itu juga didapat dari hasil pertukaran dengan negara-negara lain, dan sumbangan pribadi atau instansi lain.

Kebun Raya Purwodadi terletak di Jalan Raya Surabaya-Malang Km 65, masuk wilayah Kabupaten Pasuruan. Lokasinya tepat di tepi jalan besar yang menghubungkan kota-kota Surabaya, Malang, dan Pasuruan. Tidak sesejuk Kebun Raya Cibodas, karena Kebun Raya Purwodadi terletak di ketinggian 300 meter di atas permukaan air laut. Luas kebun raya yang didirikan Dr LGM Baas Becking pada 1941 itu, adalah 85 hektare.

Sama-sama menyandang nama kebun raya, sebagai pusat konservasi tumbuhan, Kebun Raya Purwodadi berbeda dengan Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, ataupun Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Bali. Sesuai fungsinya, Kebun Raya Purwodadi melaksanakan inventarisasi, eksplorasi, konservasi, dan mereintroduksi jenis tumbuhan dataran rendah kering, khususnya kawasan timur Indonesia. Tumbuhan yang dikoleksi dalam bentuk kebun botani itu tentu jenis tumbuhan yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan dan memiliki potensi ekonomi. Karena sebagian besar jenis tumbuhan koleksi berasal dari dataran rendah kering, salah satu ciri yang ditampakkan adalah meranggas saat memasuki bulan-bulan kering.

“Daya tarik kebun raya ini selain koleksi anggrek alam adalah pemandangan pada saat pohon-pohon yang sekian lama meranggas itu kemudian bersemi atau bertunas. Biasanya pada sekitar bulan September,” kata Munpuni Yuda Aryata, yang menangani jasa dan informasi.
Berkuda keliling Kebun Raya Purwodadi.

Kebun Raya Purwodadi sejak lama menjadi tempat tujuan wisata edukatif bagi keluarga. Walaupun tiap-tiap blok sudah dihubungkan dengan jalan beraspal yang mulus, pilihan berjalan kaki menjelajah kawasan sambil menghirup udara segar adalah pilihan terbaik. Pemandangan sinar matahari menembus rapatnya tajuk pepohonan sungguh menyegarkan mata.

“Yang begini ini langka dijumpai di kota besar. Pemandangan menyegarkan, dan udara bebas polusi,” kata Dwi Narko, Kepala Seksi Konservasi Ex Situ.
Jembatan gantung jadi lokasi favorit berfoto.

Bangku-bangku, gazebo, dan shelter, mudah dijumpai di dalam areal kebun raya, disediakan bagi pengunjung yang ingin beristirahat setelah lelah berjalan kaki, atau membuka bekal piknik.

Trekking di dalam kawasan kebun raya itu bisa berakhir di jembatan gantung yang melintasi Sungai Welang. “Pada sore hari, kalau sedang beruntung, kita bisa menikmati atraksi akrobatik monyet ekor panjang dari lahan seberang,” kata Yudha.

Sejak beberapa tahun belakangan ini, Kebun Raya Purwodadi memberikan pilihan lain bagi pengunjung untuk mencoba permainan-permainan di alam terbuka (outing). Pengunjung bisa menjajal flying fox, meluncur dari ketinggian dengan tali, di areal koleksi bambu. Menimbulkan sensasi tersendiri ketika melayang di ketinggian, di sela-sela gerombolan bambu dan rapatnya tajuk pepohonan raksasa.

Bagi anak-anak, juga disediakan permainan in line bridge, meniti tali di ketinggian dengan pengaman tubuh. Jika tidak cukup keberanian mencoba permainan tali di ketinggian, di dalam kebun raya bisa ditemui taman bermain untuk anak-anak. Bosan bermain, pilihan lain adalah berkeliling kebun raya dengan naik kuda atau naik kereta kelinci.

Bagi pencinta tanaman, tujuan paling menarik adalah blok koleksi anggrek. Di tempat itu, bisa dilihat kekayaan anggrek alam Indonesia, disusun berdasarkan daerah asal eksplorasinya. Berdekatan dengan kompleks anggrek, bisa dijumpai kios botani yang menyediakan bibit kenanga, cempaka, gaharu, kayu hitam, asem londo, buah bisbul, juwet atau jamblang, dewandaru, dan lain-lain.

“Selain cendera mata kerajinan tangan dari aneka biji-bijian hasil kebun raya, bibit tanaman adalah oleh-oleh yang bisa dibawa pulang,” kata Widji Santoso, Koordinator Koleksi Balai Konservasi Tumbuhan.

Pada hari-hari tertentu atau melalui perjanjian sebelumnya, pengunjung bisa belajar memperbanyak tanaman dengan berbagai teknik, pemanduan dan pelatihan anggrek, menggali ilmu tentang tanaman obat, serta membuat kompos. Pemandangan yang sangat natural juga mengakibatkan kebun raya itu menjadi lokasi pilihan bagi calon pengantin untuk menjalani pemotretan prewedding.

Jadi, siapa bilang berwisata ke kebun raya membosankan karena hanya disodori pemandangan pepohonan?
Kunjungi Wisata Lainnya


Read more »

Selasa, 22 Februari 2011

Kebun Raya Cibodas Jawa Barat

Menjelang liburan anak sekolah, kami sekeluarga menyempatkan diri untuk mengunjungi Kebun Raya Cibodas yang juga sering dikenal dengan Taman Cibodas. Taman Cibodas ini terletak di kawasan Puncak, Jawa Barat. Sebelumnya kami pernah gagal berkunjung ke tempat ini karena  sempat ditutup pada tanggal 1 November 2007 dan baru dibuka kembali pada tanggal 1 Desember 2007, sehingga akhirnya kami sempat berkunjung ke Taman Cibodas Mandalawangi.

Kami penasaran dengan istilah “sorga dunia” yang diucapkan oleh Dr. F.W.Went seorang ahli fisiologi tumbuhan yang berasal dari Jerman, sehingga kami kembali datang ke tempat ini, walaupun dulu waktu kecil & remaja sudah beberapa kali ke Taman Cibodas, namun hanya sekedar sebagai “lokasi acara” yang digunakan oleh sekolah, gereja atau perkumpulan lainnya. Sehingga saya belum menikmati “sorga dunia” tersebut. Kebun Raya Cibodas ini didirikan oleh Johannes Elias Teysjmann pada 11 April 1852 dengan ditandai tibanya bibit pohon kina dari Belanda, dulunya bernama Bergtuin te Tjibodas atau Kebun Pegunungan Cibodas. Menurut Suara Pembaruan, di tempat ini terdapat 10.792 koleksi tanaman, 700 jenis koleksi biji, dan 4.852 koleksi herbarium. Koleksi tanaman di sini terbagi dalam dua koleksi yakni koleksi di kebun dan koleksi di rumah kaca. Koleksi tanaman di rumah kaca terdiri dari anggrek (320 jenis), kaktus (289 jenis), dan sukulen (169 jenis). Namun Anda juga dapat menemukan jenis tumbuhan liar di dalam kebun. Sedangkan koleksi tanaman di kebun berjumlah 1.014 jenis di antaranya terdapat tanaman khas dan menarik seperti Kina (Cinchona pubescens) yang merupakan tanaman obat, pohon Bunya-bunya (Araucaria bidwill) yang merupakan tanaman tua dan mempunyai pokok batang besar, Bunga Bangkai (Amorphophallus titanium) yang mempunyai bunga berukuran raksasa dan menarik serangga.


Terletak lereng gunung Gede Pangrango, tepatnya di desa Rarahan, Cimacan, dengan jarak sekitar 85 km dari Jakarta, cukup mudah mencapai tempat ini, karena ada petunjuk jalan di jalan Raya Puncak. Jika dari arah Jakarta maka lokasi Kebun Raya Cibodas ini terletak di sebelah kanan jalan. Dari jalan raya, kita masuk sekitar 4 km lagi untuk mencapai gerbang Kebun Raya Cibodas. Dari gerbang masuk pertama, kita dikenakan biaya sebesar Rp. 2.000 per orang dan Rp 5.000 untuk mobil (semua harga per Juli 2008). Dari tiket yang diberikan tertulis atas nama Pemerintah Kabupaten Cianjur sebagai retribusi daerah wisata. Dari pintu gerbang pertama kita mengikuti jalan, lalu pilih arah yang ke arah kiri (yang lurus akan menuju ke Cibodas Mandalawangi). Di sini kita akan menemui pintu gerbang lagi, pintu ini adalah pintu masuk ke kawasan Kebun Raya Cibodas. Di sini dikenakan biaya sebesar Rp 6.000/orang dan Rp. 15.500 untuk mobil. Anda juga bisa parkir di tempat parkir, jika hendak berjalan kaki ke dalam, namun saran saya sebaiknya Anda membawa kendaraan ke dalam areal Kebun Raya, terutama jika ada anggota keluarga yang sudah lanjut usianya atau membawa anak kecil. Kita ingin berekreasi, dan bukan berlelah-lelah kan ?

Dalam Kebun Raya Cibodas ini, udara sejuk dan bersih langsung membuat paru-paru kita bernafas lega, hilanglah kepenatan selama hidup di kota besar yang penuh polusi udara, kebisingan dan kesibukan sehari-hari. Ikuti jalan, dan Anda akan menjumpai beberapa taman-taman. Yang pertama adalah Rhododendron Garden, taman ini berlokasi agak berbukit-bukit, ada beberapa pondokan yang dapat digunakan untuk beristirahat. Indah sekali tanaman yang terdapat disini. Lalu setelah itu ada . Dalam taman yang memiliki landscape bernuansa Jepang ini terdapat jembatan untuk menyeberangi sungai kecil yang mengalirkan air yang jernih dan dingin. Disini pun terdapat pondokan untuk beristirahat. Saat kami beristirahat di pondokan ini, kami mengagumi keindahan Kebun Raya Cibodas ini dan sekaligus salut kepada LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) sebagai pengelola Kebun Raya, bagaimana mereka dapat memelihara taman sebesar ini.

Tempat menarik berikutnya adalah taman lumut. Sayangnya taman tersebut tidak dibuka saat kami kesana. Namun kami masih dapat melihat2 dari balik pagar. Dari informasi yang kami dapat dari Gatra, lumut yang tumbuh di Taman Cibodas berjumlah tak kurang dari 178 spesies. Seluruhnya tumbuh subur di antara percikan air terjun yang menimpa bebatuan. Dari dalam mulut gua, tumbuhan tingkat rendah itu merayap hingga akar dan batang pepohonan. Walhasil, tak ada ruang bebas lumut di taman itu. “Ini taman lumut terbesar dan satu-satunya yang berada di luar ruangan di dunia,” ujar Holif Immamuddin, Kepala Kebun Raya Cibodas. Menurut dia, di Jerman dan di Singapura memang ada taman lumut juga, tapi berada di rumah kaca, dan koleksinya cuma tujuh spesies. Taman lumut di Jepang pun cuma memiliki sekitar 10 spesies. “Ini taman lumut pertama dan terbesar di dunia,” kata Benito Tan, Wakil Presiden Bryophyta Internasional, lembaga yang membidangi lumut. Sebagian besar lumut yang tumbuh di Cibodas adalah lumut lokal yang tumbuh di kawasan Kebun Raya Cibodas. Sebagian lagi diperoleh dari Sumatera dan Kalimantan. Wah cukup membanggakan bukan… Oh ya persis di sebelah taman lumut terdapat taman bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanium).

Terdapat pula rumah kaca yang didalamnya terdapat kaktus, anggrek dan tanaman-tanaman lainnya. Untuk rumah kaca kaktus dan sukulen menampung 353 jenis. Koleksinya datang dari seluruh dunia, termasuk Agave, Dracaena, Sansevieria, Yucca dan Aloe. Sedangkan untuk anggrek bila ditotal, ada 320 jenis anggrek yang mengisi rumah kaca. (sumber: http://liburan.info/content/view/511/43/). Wah sangat menarik melihat tanaman-tanaman ini. Di Kebun Raya Cibodas ini juga terdapat kolam ikan, guest house, aneka tanaman obat, galeri tanaman hias. Juga tidak ketinggalan ada air terjun, namun Anda harus berjalan sekitar 1 km untuk mencapainya. Wah pokoknya banyak deh yang bisa dilihat-lihat di tempat ini. Saya sempat beristirahat di samping pohon yang rindang, sambil memandang ke langit biru, dengan diiringi kicauan burung dan aroma sedap bunga-bunga, wah pengalaman yang jarang dapat saya temukan.

Beberapa saran dari kami untuk berkunjung ke Kebun Raya Cibodas ini: hindari datang saat liburan, pasti ramai sekali, yang pada akhirnya Anda hanya dapat melihat manusia-manusia saja, dan Anda tidak dapat menikmati keindahan tanaman disini. Juga perhatikan jam dimana ada pengaturan arus di jalan raya puncak, dan hindari jam-jam macet. Kami mengalami perjalanan selama 5 jam dari Jakarta ke Cibodas, karena adanya penutupan jalur dari Jakarta ke Puncak. Dan pulangnya lebih parah, yaitu selama 6 jam.. Ini disebabkan padatnya jalan karena libur anak sekolah. Masukkan dari kami untuk pengelola, ada baiknya di tempat-tempat parkir di dalam lokasi tidak dipungut lagi bayaran oleh tukang parkir liar. Karena spot-spot tempat parkir yang disediakan sebenarnya cukup baik dan memudahkan untuk pengunjung menikmati taman-taman disekitarnya, tapi akan repot kalau tiap kali berhenti kita harus menyiapkan biaya parkir lagi. Kami juga mendapatkan pengalaman kurang baik saat makan & minum di kantin Kebun Raya Cibodas, mungkin ada baiknya membawa makanan & minuman dari luar. Oh ya akan sangat baik jika dari Pemda setempat dapat membuat jalur ke Taman Safari melalui jalur Sukabumi, karena salah satu penyebab kemacetan adalah banyaknya kendaraan yang menuju Taman Safari ini.


    Kebun Raya Cibodas
    Jalan Kebun Raya Sindanglaya Cipanas Cianjur
    Telp. 0263-512233, 520448, 520467
(www.jalanjajanhemat.com)
Kunjungi Wisata Lainnya



Read more »

Rabu, 16 Februari 2011

Sungai Berantas

Salah obyek wisata air di Kota Mojokerto, adalah Dermaga Sungai Brantas. Di sana, Anda dapat menikmati indahnya Sungai Brantas dengan merasakan sejuknya terpaan angin sungai tanpa dipungut biaya.
Dengan panjang area kurang lebih sepanjang 1 km, membuat kawasan sungai hingga di jembatan gajah Mada, yang terletak di sekitar Jl. Wayam Wuruk.

Berwisata kesana, tanpa dipungut biaya. Makanya silakan berkunjung dan nikmati pesona Kawasan Sungai Brantas Indah. Selain menikmati keindahan sungainya yang indah, Anda juga dapat melakukan Jogging Track Kota Mojokerto Dermaga Sungai Brantas yang merupakan salah obyek wisata air di Kota Mojokerto.
Fasilitas yang ada yakni caffe lesehan menyediakan berbagai macam makanan sehingga memungkinkan para pengunjung dapat memilih tempat makanan yang sesuai keinginan. Area ini sangat cocok untuk berolah raga pada pagi hari dan jalan-jalan sore sambil menikmati hembusan angin sungai yang sepoi-sepoi.


Info Wisata di Indonesia
Read more »

 
informasi tempat wisata di jawa indonesia